Makalah Mata Kuliah Penilaian Hutan
KARAKTERISTIK
HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) DAN PEMANFAATAN EKONOMINYA TERENTANG
(Campnosperma auriculata)
(Campnosperma auriculata)
Dosen Penanggungjawab:
Dr. Agus Purwoko., S.Hut.,
M.Si.
Oleh:
Yesi Maria Damanik
171201066
Budidaya Hutan 5
PROGRAM
STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS
KEHUTANAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat-Nya yang begitu besar,
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Karakteristik Hasil Hutan Bukan Kayu Terentang (Campnosperma auriculata) dan Cara Pemanfaatan Ekonominya”
ini dibuat untuk memenuhi tugas mata penilaian hutan bagi mahasiswa Program
Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Penulis
mengucapkan terima kasih sebelumnya kepada bapak dosen pembimbing Dr. Agus purwoko., S. Hut., M. Si. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman di lingkungan kampus
karena telah membantu dalam penyelesaian makalah ini dengan memberikan dukungan
dan semangat.
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan.
Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Medan, Oktober 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hutan adalah
salah satu tempat dimana tersimpan kekayaan sumber daya alam yang merupakan
sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Oleh karena itu hutan mempunyai sejuta
manfaat bagi kehidupan manusia. Manfaat hutan selain sumber bahan baku kayu,
juga mengatur tata air, habitat berbagai tumbuhan dan satwa liar. Indonesia
merupakan negara kepulauan terletak diantara dua benua yaitu Asia dan
Australia, yang memiliki iklim tropis. Karena letaknya dan termasuk kawasan
tropika, maka Indonesia memiliki keanekaragaman yang tinggi. Oleh karena itu
Indonesia disebut sebagai Negara Megabiodiversity yang
berarti mempunyai keanekaragaman hayati sangat tinggi.
Hutan menurut
Undang-undang tentang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999 adalah suatu kesatuan
ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak
dapat dipisahkan. Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia.
Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin,
di dataran rendah maupun di pegunungan di pulau kecil maupun di suatu benua besar. Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan
lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya.
Kawasan-kawasan
semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas seperti di dunia dan biasanya
berfungsi sebagai penampung suatu karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakansalah satu aspek biosfer bumi yang paling penting. Hutan merupakan
suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan
berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas. Pohon adalah tumbuhan
cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda dengan
sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim aja. Pohon
juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang
cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas.
Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan
jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang
berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan tropis,
rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan
lembap, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun
berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang
sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian
penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan. Hutan sebagai suatu ekosistem tidak
hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non
kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat
melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan.
1.2
Rumusan Masalah
1.Bagaimana pengenalan mengenai kayu terentang?
2.Bagaimana tempat tumbuh dari kayu terentang?
3.Bagaimana penyebaran, potensi jenis dan kegunaan kayu terentang?
4.Apa teknik produksi dan pemanfaatan dari kayu terentang?
1.Bagaimana pengenalan mengenai kayu terentang?
2.Bagaimana tempat tumbuh dari kayu terentang?
3.Bagaimana penyebaran, potensi jenis dan kegunaan kayu terentang?
4.Apa teknik produksi dan pemanfaatan dari kayu terentang?
1.3 Tujuan Penulisan
1.Untuk mengenal kayu terentang.
2.Untuk mengetahui tempat tumbuh dari kayu terentang
3.Untuk mengetahui penyebaran, potensi dan kegunaaan kayu terentang.
4.Untuk mengetahui teknik produksi dan pemanfaatan dari kayu terentang.
2.Untuk mengetahui tempat tumbuh dari kayu terentang
3.Untuk mengetahui penyebaran, potensi dan kegunaaan kayu terentang.
4.Untuk mengetahui teknik produksi dan pemanfaatan dari kayu terentang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengenalan Kayu Terentang
Kayu terentang dengan nama latin Campnosperma auriculata
termasuk dalam famili Anacardiaceae. Terentang memiliki nama lokal
yang bermacam-macam yaitu terentang, kelinting, melumut, serentang
(Malaysia), pauh lebi, tumbus (Indonesia), campnosperma (Papua Nugini),
nangpron, huasum sangtrang (Thailand).
Terentang (Campnosperma auriculatum) adalah sejenis pohon penghuni
dari suku Anarcardiceae. Pohon ini menghasilkan kayu terentang yang
berkualitas cukup baik dan diperdagangkan secara internasional. Ada beberapa nama
daerahnya yang biasa disebut dengan nama lokalnya antara lain, madang rimueng (Aceh), antumbus (Bat.), pauh
lebi (Mly.). Nama ilmiah penunjuk spesiesnya auriculatum,
yang artinya bercuping dan merujuk pada cuping-cuping di pangkal daunnya.
Adapun klasifikasi dari terentang
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Kelas : Eudikotil
Divisi : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Anacardiaceae
Genus : Campnosperma
Spesies : Campnosperma auriculatum
Pohon yang
berukuran sedang hingga agak besar, tinggi hingga 38 meter dan gemang batang
hingga 80 cm. Berbanie pendek dan melebar. Tajuk mendatar
di bagian atasnya, percabangan serupa Terminalia. Pepagan abu-abu
hingga kuning, beralur atau memecah dangkal, atau mengeripik seperti kertas. Pepagan
bagian dalam cokelat merah jambu hingga merah. Kayu gubalnya keputihan.
Daun-daun tunggal, seperti jangat tersusun dalam spiral,
menggerombol di ujung ranting. Daun besar,
bundar telur terbalik atau lanset terbalik, ujungnya hampir selalu melekuk; pangkalnya melanjut sempit, dengan cuping-cuping yang jelas seperti menyerupai telinga, tangkai daun tidak begitu jelas
nampak. Kayu terentang dinilai berkualitas baik, ringan, halus, lurus seratnya, tidak mudah belah, mudah dikerjakan, bebas dari bubuk, dan pada umumnya bebas dari rayap. kayu ini dipakai untuk membuat papan dan baling-baling kincir air. Kayunya juga dipakai untuk membuat sampan.
Daun-daun tunggal, seperti jangat, tersusun dalam spiral, menggerombol di ujung ranting. Daun besar, bundar telur terbalik atau lanset terbalik, 20,5-52 × 5,5–16 cm; ujungnya hampir selalu melekuk; pangkalnya melanjut sempit, dengan cuping-cuping yang jelas menyerupai telinga (Gr.: auricula, telinga); tangkai daun tidak begitu jelas tampak. Bunga kuning, dalam karangan berbentuk malai besar di ketiak. Buah batu hampir bulat, 6-8 × 5-6 mm, lembayung kemerahan pudar jika masak.
Daun-daun tunggal, seperti jangat, tersusun dalam spiral, menggerombol di ujung ranting. Daun besar, bundar telur terbalik atau lanset terbalik, 20,5-52 × 5,5–16 cm; ujungnya hampir selalu melekuk; pangkalnya melanjut sempit, dengan cuping-cuping yang jelas menyerupai telinga (Gr.: auricula, telinga); tangkai daun tidak begitu jelas tampak. Bunga kuning, dalam karangan berbentuk malai besar di ketiak. Buah batu hampir bulat, 6-8 × 5-6 mm, lembayung kemerahan pudar jika masak.
2.2 Tempat Tumbuh Kayu Terentang
Terentang hidup di daerah rawa gambut. Tanah gambut adalah tanah-tanah yang jenuh air, tersusun dari bahan tanah organik berupa sisa-sisa tanaman dan jaringan tanaman yang telah melapuk dengan ketebalan lebih dari 50 cm. Dalam sistem klasifikasi taksonomi tanah, tanah gambut disebut Histosols atau sebelumnya bernama organosols (tanah tersusun dari bahan organik). Tanah gambut selalu terbentuk pada tempat yang kondisinya jenuh air atau tergenang, seperti pada cekungan-cekungan daerah pelembahan, rawa bekas danau, atau daerah depresi/basin pada dataran pantai di antara dua sungai besar, dengan bahan organik dalam jumlah banyak yang dihasilkan tumbuhan alami yang telah beradaptasi dengan lingkungan jenuh air.
Penumpukan bahan organik secara terus-menerus menyebabkan lahan gambut membentuk kubah (peat dome). Aliran air yang berasal dari hutan gambut bersifat asam dan berwarna hitam atau kemerahan sehingga di kenal dengan nama sungai air hitam. Terentang putih biasa merajai (dominan) secara setempat, bercampur dengan kayu-kayu lain di hutan rawa airtawar, terentang menyukai tempat-tempat yang tergenang air secara teratur. Pohon ini juga umum dijumpai hingga jarang, pada hutan-hutan primer campuran dan sekunder hingga ketinggian 1.000(-1.600) mdpl.
2.3 Penyebaran,
Potensi dan Kegunaaan Kayu Terentang.
Terentang banyak di temukan di Thailand, Laos, Vietnam,
Kamboja, Indonesia dan Malaysia. Di Indonesia persebarannya di daerah Sumatera dan Kalimantan. Di
Kalimantan banyak
di temukan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Menurut Surat Keterangan (SK)
Menhut Nomor : 163/Kpts-II/2003 Tanggal 26 Mei 2003 tentang Pengelompokan Jenis Kayu Sebagai Dasar Pengenaan Iuran Kehutanan, Terentang ini termasuk Kelompok Jenis Kayu Rimba Campuran/Kelompok Komersial Dua.
di temukan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Menurut Surat Keterangan (SK)
Menhut Nomor : 163/Kpts-II/2003 Tanggal 26 Mei 2003 tentang Pengelompokan Jenis Kayu Sebagai Dasar Pengenaan Iuran Kehutanan, Terentang ini termasuk Kelompok Jenis Kayu Rimba Campuran/Kelompok Komersial Dua.
Kegunaan dari terentang ini
dapat digunakan sebagai bahan baku korek api, pembebat lengan patah, pengepakan
kayu, pelapis furniture, plywood, sumpit, bahan bangunan, pulp, sol
sepatu dan sandal. Terentang menghasilkan kayu lunak
yang berbobot ringan kerapatan kayunya kira-kira 370 kg/m³ pada kandungan air
sekitar 17%. Kayu terentang dinilai berkualitas baik, ringan, halus, lurus
seratnya, tidak mudah belah, mudah dikerjakan, bebas dari bubuk, dan pada
umumnya bebas dari rayap.
Di Bangka, kayu ini dipakai untuk membuat papan dan baling-baling kincir air. Kayunya juga dipakai
untuk membuat sampan. Dari biji terentang,
setelah digoreng dan dikempa, dapat diperoleh minyak nabati. Oleh orang-orang Sumatera bagian selatan, minyak ini dipakai sebagai minyak goreng dan minyak lampu.
2.4 Teknik Produksi dan Pemanfaatan dari Kayu Terentang
Dari kegiatan yang dilakukan Teknologi pembuatan pulp dari kayu alternative (BPTSTHKuok, Teknik pengolahan pulp semi kimia dari 2 jenis kayu alternative, Pulp terentang dan binuang yang menggunakan larutan NaOH 4–8% dapat dijadikan bahan baku kertas Koran dengan meningkatkan brightness. Jenis kayu alternatif berpotensi dan prospektif digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas, sementara limbah industri pulp dan kertas dapat dimanfaatkan sebagai kompos dan pupuk dengan kualitas memenuhi syarat persyaratan sebagai pupuk organik. Berdasarkan Kajian pasar, produk kertas dan papan serat serta Analisis ekonomi pengembangan produk kertas dan papan serat mengindikasikan potensi dan prospek sehingga keberadaan industri kertas khusus dan papan serat di Indonesia perlu ditingkatkan.
Dari kegiatan yang dilakukan Teknologi pembuatan pulp dari kayu alternative (BPTSTHKuok, Teknik pengolahan pulp semi kimia dari 2 jenis kayu alternative, Pulp terentang dan binuang yang menggunakan larutan NaOH 4–8% dapat dijadikan bahan baku kertas Koran dengan meningkatkan brightness. Jenis kayu alternatif berpotensi dan prospektif digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas, sementara limbah industri pulp dan kertas dapat dimanfaatkan sebagai kompos dan pupuk dengan kualitas memenuhi syarat persyaratan sebagai pupuk organik. Berdasarkan Kajian pasar, produk kertas dan papan serat serta Analisis ekonomi pengembangan produk kertas dan papan serat mengindikasikan potensi dan prospek sehingga keberadaan industri kertas khusus dan papan serat di Indonesia perlu ditingkatkan.
Adapun Teknik Budidaya Jenis Terentang :
a.Pengadaan Bibit
Pengadaan bibit terentang dapat dilakukan dengan sistem stek. Batang yang telah di potong sepanjang 20-25 cm, dimana setiap stek harus memiliki mata tunas sebagai cikal bakal tunas baru. Stek terentang sebelum dimasukkan dalam polybag yang telah bersisi media gambut lokal dan sekam padi, terlebih dahulu dicelupkan dalam roofone + (IBA) sebagai zat perangsang akar. Media tumbuh yang baik digunakan adalah campuran gambut lokal daitambah sekam padi dengan perbandingan 70%-30%. Sedangkan luaran atau Output berupa Paket informasi mengenai kapasitas produksi benih jenis dan paket informasi tentang metode peningkatan kuantitas benih jenis terentang. Kapasitas atau potensi produksi buah Terentang : Jumlah benih 6.720 butir/pohon. Masa berbunga dan berbuah tua Terentang berbunga (April), berbuah tua (Desember). Masak fisiologis benih : Terentang dicirikan dengan kulit benih berwarna merah sampai kehitam. Untuk itu perlu adanya usaha peningkatan produksi benih dengan melakukan perbaikan system silvikultur yaitu dengan membuat rumpang dengan radius 5 m (Terentang) maupun kimiawi yaitu pemupukan dengan NPK+DSP pada tanaman induk. Produksi benih dipengaruhi oleh faktor ekologi tempat tumbuh pohon yang meliputi: iklim, jenis tanah, elevasi, curah hujan, dan kondisi tegakan. Respon tanaman terentang dalam rumpang setelah 8 bulan terlihat mulai terbentuk bunga. Metode peningkatan produksi buah dengan pembukaan tajuk (rumpang) di hutan sekunder dapat dilakukan dengan respon pembesaran diameter dan merangsang pertumbuhan generative (pembungaan). Dengan pemupukan yang tepat pada jabon putih dapat memperbesar kerapatan tajuk sehingga dapat meningkatkan produksi buah. Kata Kunci : metodologi, terentang, gerunggang, jabon putih, kapasitas produksi, phenologi.
b. Persiapan Lahan
Sebelum penanaman, maka persiapan lahan dilakukan adalah dengan sistem jalur (line planting). Penanaman dilakukan pada vegetasi belukar mahang serta di areal bekas tebangan (log-over area = LoA) dengan lebar jalur 1,5 m, dan jarak antar jalur 6 m, sedangkan jarak tanam dalam jalur 3 m.
c. Penanaman dan Pemeliharaan
Setelah persiapan lahan selesai dilakukan, khususnya di lahan rawa gambut kemudian dilakukan penanaman dengan terlebih dahulu memadatkan tanah gambut pada lubang tanam. Setelah tanaman berumur 1-2 bulan dilakukan penyulaman pada tanaman yang dinyatakan mati.